top of page
Search
  • Writer's pictureIT Yogya

Caping, Kerajinan Turun-Temurun Warga Desa di Lamongan | PT Rifan Financindo





PT Rifan Financindo - Caping atau topi petani menjadi salah satu kerajinan yang sudah ada sejak lama di Kabupaten Lamongan. bahkan banyak warga yang melakukannya secara turun-temurun. Tak jarang mereka masih menganyam caping di usia senja.


Salah satu desa yang terkenal dengan kerajinan capingnya adalah Desa Sukolilo, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Desa ini memang dikenal sebagai penghasil berbagai kerajinan yang terbuat dari bahan anyaman bambu.


"Sejak lama desa kami memang dikenal dengan kerajinan anyaman bambu. Mungkin sejak tahun 1940-1950-an dan yang mengawali kerajinan bambu itu ya kerajinan membuat caping ini," kata Kepala Desa Sukolilo, Kecamatan Sukodadi, Mohammad Lasmiran, dalam perbincangannya dengan detikcom, Rabu (26/12/2018).


Dikatakan oleh Lasmiran, banyaknya warga yang berkreasi dengan anyaman bambu ini membuat desanya dikenal sebagai salah satu sentra pembuatan anyaman bambu. Bahkan banyak warganya yang meski sudah berusia senja masih aktif menganyam bambu untuk dijadikan caping atau kipas.


"Biasanya warga ini berkelompok antara 5 sampai 10 orang mengerjakan anyaman caping ini," tutur Lasmiran.


Caping, Kerajinan Turun-Temurun Warga Desa di LamonganFoto: Eko Sudjarwo


Salah satu warga yang mengerjakan anyaman bambu ini adalah Mbah Jum (75). Bersama rekan-rekan sebayanya, Mbah Jum menyanyam bambu yang sudah diraut sedemikian rupa hingga tipis menjadi sebuah caping.


Mbah Jum mengaku ia sudah sejak kecil menganyam bambu untuk dijadikan caping yang kerap dipakai oleh petani ke sawah ini.


"Saya sudah sejak kecil membuat caping ini, dari dulu ya sudah begini ini," aku Mbah Jum dengan bahasa Jawa yang kental.


Berbekal kerbut atau alat cetak caping yang juga terbuat dari bambu, Mbah Jum mulai menganyam caping dengan diameter beragam, mulai dari diameter 30 cm hingga 1 meter.


"Saya dapat ilmunya juga dari orang-orang tua dulu, dari dulu ya membuat caping seperti ini di sela-sela kegiatan rumah atau di sela-sela bertani," ujar Mbah Jum.


Caping, Kerajinan Turun-Temurun Warga Desa di LamonganFoto: Eko Sudjarwo


Di usia yang sudah senja ini, Mbah Jum mengaku masih bisa membuat 5-7 caping. Mbah Jum dan rekan-rekannya biasanya juga berbagi tugas; ada yang menganyam dan ada juga yang memberi pelapis pinggir. Pemandangan orang sedang menganyam bambu, terutama warga yang usia senja, untuk dijadikan caping seperti ini hampir tiap hari bisa dijumpai di Desa Sukolilo.


"Yang meraut biasanya anak-anak saya yang laki-laki, untuk kemudian merendam bambu agar kuat," jelas Mbah Jum.


Lalu berapa harga satu caping karya warga Desa Sukolilo ini? Mbah Jum mengaku, untuk satu caping yang sudah jadi, mereka mematok harga Rp 15 ribu.


Mbah Jum pun tak perlu jauh-jauh untuk menjajakan caping kreasinya karena sudah ada pengepul yang datang ke desanya untuk membeli caping. Meski hanya kerajinan tangan tradisional, caping karya Mbah Jum dan warga Desa Sukolilo lainnya ini sudah merambah berbagai daerah di Jatim.


"Satu minggu sekali pasti ada pengepul yang datang untuk membeli caping. Para pengepul yang datang ini berasal dari berbagai daerah di Jatim," tuturnya.


Mbah Jum mengaku caping karya warga Sukolilo lebih disukai karena lebih kuat dan bisa berbentuk lebar selebar payung serta lebih mengerucut.


Sumber :

PT Rifan Financindo

1 view0 comments

Recent Posts

See All

IHSG Dibuka di Zona Merah

Indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini dibuka pada level 7.349. Dikutip dari data RTI pada Kamis 22 Februari 2024 IHSG level...

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page