top of page
Search
  • Writer's pictureIT Yogya

Di Bulan Tanpa Huruf R, Buah Naga Butuh Sinar Lampu untuk Berbunga? | PT Rifan Financindo




PT Rifan Financindo - Berbagai upaya dilakukan petani buah naga di Banyuwangi untuk meraup untung sebelum panen raya. Mereka memacu produksi buah naga dengan bantuan sinar lampu.

Meski banyak lahan pertanian yang belum dilintasi kabel listrik PLN, mereka nekat menyinari tanaman buah naga dengan lampu yang dinyalakan dengan genset.

Sinar lampu ini membantu pohon buah naga berbunga dan berbuah di luar musim. Sinar ultraviolet yang dipancarkan lampu membantu Fotosintesis batang dan memunculkan bunga disela duri tanaman kaktus itu.

"Lahan saya belum dilintasi kabel PLN. Makanya terpaksa dengan genset," ujar Budiono, salah satu petani buah naga di Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, Rabu (26/6/2019).

"Tanaman buah naga ini membutuhkan lampu pada bulan yang tidak memiliki huruf R. Mei, Juni, Juli hingga Agustus. Makanya pada bulan-bulan itu kita bantu dengan lampu agar berbuah di luar musim,"

Pada bulan-bulan itu, kata Budiono, musim hawa dingin membuat pohon buah naga tak mampu berbuah. Sebab tanaman kaktus dari marga Hylocereus ini membutuhkan banyak sinar matahari. Minimal pohon buah naga membutuhkan sinar matahari selama 12 jam.

Untuk itu, meski lahan pertaniannya tak tersambungi aliran listrik dari PLN, dirinya sengaja menggunakan mesin genset untuk mengaliri lampu listrik yang dipasangnya. Dari lahan 3500 meter lahanhya, dirinya memasang 720 bola lampu dengan kapasitas 16 watt. Rata-rata diesel per malam menyala 8 jam.

"Satu hari habis 20 liter solar. Per hari mulai jam 7 malam sampai jam 3 malam. Saya buat bergantian penyinarannya," tambahnya.

Penyinaran dilakukan selama 20 hari. Setelah itu, kata Budiono, lampu dimatikan selama 10 hari. Baru saat mulai bunga, pohon buah naga kembali disinari selama 20 hari.

"Terus bergulir hingga Agustus. Karena memang suhu pada bulan Mei hingga Agustus kan dingin. Makanya pakai lampu ini. Lampu yang kuning. Kalau yang lain tidak bisa," tambahnya.

Sementara untuk perbandingan menggunakan listrik dari genset atau aliran listrik PLN, Budiono mengaku menggunakan genset lebih boros. Selisihnya per panen bisa hampir Rp 2 juta. "Tapi masih tetap untung. Mau bagaimana lagi aliran listrik tidak ada," tambahnya.

Hasilnya, kata Budiono, dari lahannya tersebut menghasilkan 1,5 ton buah naga. Harga tertinggi bulan Mei lalu seharga Rp 23 ribu. Hal itu cukup menutup kebutuhan listrik awal. "Sisanya di buah kedua ketiga dan ke empat sudah untung saya," pungkasnya.



Sumber: news.detik

PT Rifan Financindo

1 view0 comments

Recent Posts

See All

IHSG Dibuka di Zona Merah

Indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini dibuka pada level 7.349. Dikutip dari data RTI pada Kamis 22 Februari 2024 IHSG level...

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page