top of page
Search
  • Writer's pictureIT Yogya

Pada Saatnya BI Bakal Naikkan Suku Bunga, Cuma Kapan | PT Rifan Financindo

PT Rifan Financindo - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di bulan Mei. Namun, bank sentral RI diperkirakan tidak akan bertahan lama dalam menahan suku bunga seiring meningkatnya inflasi dan tren suku bunga tinggi di tingkat global.


Gubernur BI Perry Warjiyo, saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), mengatakan kebijakan fiskal pemerintah memberi ruang lebih bagi BI untuk menahan suku bunga acuan, BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,5% di bulan Mei.

Sebagai catatan, pemerintah memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM, LPG, dan tarif dasar listrik bagi kelompok tidak mampu. Pemerintah juga menambah anggaran perlindungan sosial untuk memitigasi risiko kenaikan inflasi. Kebijakan tersebut setidaknya akan menahan laju inflasi.


"Dengan kordinasi pemerintah dan BI, inflasi terkendali. Itu juga akan mengurangi keharusan untuk merespon melalui suku bunga sebagaimana bank sentral negara lain," tutur Perry, dalam konferensi Pengumuman Hasil RDG Bulanan Bulan Mei, Selasa (24/5/2022).


BI sudah menahan suku bunga acuan di level 3,50% dalam 15 bulan terakhir. Level tersebut adalah yang terendah sepanjang sejarah Indonesia.

BI mungkin masih bisa mengulur waktu dan memilih mempertahankan suku bunga acuan bulan ini. Namun, sejumlah ekonom meyakini BI akan segera mengerek suku bunga acuan.

Kepala ekonom BCA David Sumual memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga mulai bulan depan meski laju inflasi sedikit mereda. BCA sudah merevisi ke bawah proyeksi inflasi untuk tahun ini menjadi 4,2% seiring keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan tarif listrik.

"Kita expect Juni mulai naik," tutur David, kepada CNBC Indonesia.

Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi April menembus 0,95% (month to month/mtm) atau menjadi yang tertinggi sejak Januari 2017. Secara tahunan

Sementara itu, ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana memperkirakan BI paling cepat menaikkan suku bunga pada periode Juli-September tahun ini.

"Rupiah cenderung stabil dan inflasi mungkin tidak setinggi dugaan awal karena tidak ada kenaikan harga BBM. Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada kuartal III tahun 2022," ujarnya.


Merujuk data Bank Indonesia, nilai tukar rupiah sampai dengan 23 Mei 2022 terdepresiasi sekitar 2,87% dibandingkan dengan level akhir 2021. Depresiasi tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 4,11%, Malaysia 5,10%, dan Korea Selatan 5,97%.

Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan pada semester II tahun ini. Kenaikan kemungkinan tidak akan sampai 75 bps.

Laju inflasi kemungkinan lebih rendah sehingga Bank Mandiri merevisi proyeksi kenaikan suku bunga acuan yang semula sebesar 75 bps menjadi lebih rendah dari 75 bps.

"Namun, masih ada tekanan inflasi yang datang dari faktor permintaan. Permintaan akan meningkat karena akselerasi pemulihan ekonomi," tutur Andry dalam laporan Macro Brief BI 7-Day Reverse Repo Rate. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,01% (year on year/yoy) pada kuartal I tahun 2022 setelah tumbuh 5,02% (yoy) di kuartal IV tahun 2021. Artinya, tingkat pertumbuhan Indonesia dalam dua kuartal terakhir sudah kembali kepada level historisnya yakni 5%.

Pertumbuhan ekonomi di kuartal II diperkirakan juga akan meningkat karena faktor Lebaran.

Ekonom DBS Radhika Rao mengatakan masih baiknya performa rupiah, surplus transaksi berjalan, serta tingginya surplus neraca perdagangan membuat tekanan eksternal terhadap perekonomian Indonesia lebih bisa diredam. Kondisi tersebut juga memberikan ruang lebih bagi BI untuk "mengulur" kenaikan suku bunga acuan. "Tidak ada kesegeraan bagi BI untuk menaikkan suku bunga. Tekanan inflasi memang meningkat tetapi akan kembali ke tren sebelumnya. Pasar juga tidak terganggu dengan arah nilai tukar rupiah," ujar Rado dalam laporan High Subsidy Budget Leaves Bank Indonesia with More Headroom. Rao mengatakan pertemuan BI diharapkan sudah bisa memberikan sinyal lebih jelas pada pertemuan RDG bulan Juni. RDG digelar pada 22-23 Juni atau sepekan setelah The Fed menggelar pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC). Pasar sendiri sudah berekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps pada Juni mendatang.

"Kami memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga secara bertahap. BI mungkin akan menaikkan suku bunga acuan mulai kuartal III tahun 2022 untuk menjaga daya tarik Surat Berharga Negara (SBN) dan rupiah di saat The Fed mulai hawkish," tutur Rao.


Sumber : cnbindonesia

PT Rifan Financindo

2 views0 comments

Recent Posts

See All

IHSG Dibuka di Zona Merah

Indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini dibuka pada level 7.349. Dikutip dari data RTI pada Kamis 22 Februari 2024 IHSG level...

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page