PT Rifan Financindo - Penguatan beruntun minyak mentah terpanjang dalam hampir dua bulan terakhir kehilangan momentum setelah membengkaknya persediaan bahan bakar AS.
Peningkatan persediaan ini mengimbangi kejutan dalam penurunan persediaan minyak mentah AS.
Berdasarkan data Bloomberg, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, yang berakhir Kamis, ditutup turun 0,01 poin ke US$60,93 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Februari menguat 0,07 poin ke level US$66,17 di ICE Futures Europe Exchange yang berbasis di London. Minyak mentah patokan global diperdagangkan lebih tinggi US$5,32 dibandingkan WTI untuk bulan yang sama.
Pasokan minyak mentah yang disimpan di penyimpanan AS turun ke tingkat level terendah sejak awal November setelah penurunan 1,1 juta barel pekan lalu. Namun, stok bensin,
solar, dan minyak pemanas meningkat bahkan ketika permintaan juga turut meningkat.
"Laporan itu sedikit bullish," kata Matt Sallee, manajer portofolio di Tortoise, sebuah perusahaan di Kansas yang mengawasi lebih dari US$ 21 miliar aset.
"Bensin terus mencatat peningkatan musiman," lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.
Sementara itu, Energy Information Administratoin mengatakan ekspor minyak mentah AS naik minggu lalu ke level tertinggi sejak Oktober, berkontribusi pada penurunan cadangan minyak. Salah satu ukuran volatilitas pasar minyak jatuh ke level terendah sejak April.
Minyak mentah telah menguat lebih dari 10 persen bulan ini karena Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu, yang tergabung dalam OPEC+, sepakat untuk pengurangan produksi yang lebih dalam dari yang diperkirakan dan di tengah tanda-tanda bahwa ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia mereda.
Namun, prospek meningkatnya pasokan dari negara-negara di luar kartel membatasi kenaikan harga.
Sumber: Bloomberg
Comments