PT Rifan Financindo - Puluhan ton ikan milik petani keramba Waduk Kedungombo (WKO) di Kabupaten Sragen dan Boyolali mati secara mendadak. Kejadian ini membuat petani merugi hingga ratusan juta rupiah.
Di WKO wilayah Kecamatan Kemusu, Boyolali, tidak banyak yang terdampak. Ikan yang mati mendadak terhitung hanya sampai 2 ton.
"Ada Pak (kematian ikan di WKO), tapi tidak parah," kata Gunadi, petani ikan keramba di WKO, Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, Boyolali kepada detikcom, Senin (1/7).
Kematian ikan di keramba-keramba itu terjadi sejak Minggu (30/6) kemarin. Jumlah kerugian tersebut diharapkan tidak lagi bertambah dan tidak separah tahun sebelumnya.
Sedangkan di Sragen, ikan mati mendadak berjumlah lebih banyak dibandingkan Boyolali. Ada puluhan ton ikan yang mati mendadak sejak Jumat (28/6) lalu.
"Di sini ada puluhan ton ikan milik petani yang mati," kata petani ikan keramba Dusun Boyolayar Rt 26, Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Sajimin, kepada detikcom.
"Biasanya (fenomena ikan mati mendadak) terjadi saat pergantian musim seperti ini. Airnya tiba-tiba keruh, ikannya naik lalu mati," ujar dia.
Fenomena tersebut biasa disebut upwelling. Hal ini terjadi akibat perubahan suhu bawah air dengan permukaan.
Air yang berwarna putih dari dasar waduk tiba-tiba naik ke permukaan. Bakteri dan limbah pakan ikan yang ada di dasar pun ikut naik dan meracuni ikan.
Petani sebenarnya bisa mengantisipasi dengan menggeser keramba ke tempat lain sebelum upwelling menyerang. Namun cara ini butuh perhatian ekstra dari petani.
Petani lain di desa yang sama, Sunardi, mengaku sulit menerapkan cara itu. Sebab menarik keramba itu membutuhkan dua hingga tiga perahu, padahal petani biasanya memiliki satu perahu.
"Kami harus jeli. Kalau sudah ada tanda-tanda air keruh naik harus segera digeser pakai perahu kerambanya. Tapi ini membutuhkan biaya dan perahu berjumlah dua sampai tiga," kata Sunardi.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Sragen, Muhamad Djazairi, mengimbau agar petani mematuhi aturan batas maksimal lahan perikanan.
"WKO itu ada kapasitas maksimalnya, yang mengatur BBWS Bengawan Solo. Kalau ikannya terlalu banyak, ada limbah pakan yang berlebih, sehingga saat air naik ikut meracuni ikan," katanya.
Sementara untuk penanganan darurat, petani diminta memindahkan keramba ke tempat lebih aman. "Itu kan terjadi biasanya sehari saja. Lalu kembali seperti biasa," ujar dia.
Sumber: News.detik
PT Rifan Financindo
Comments